RSS

Senin, 14 November 2011

Program Kalkulator Sederhana

Berikut ini adalah program untuk membuat sebuah kalkulator sederhana dengan bahasa C. Di dalam propgram ini saya menggunakan pengulangan DO WHILE, agar kita bisa menentukan apakah kita keluar dari program, atau kita ingin mengulangi operasi. 

Program yang tercakup dalam kalkulator sederhana ini meliputi:
1. Penjumlahan
2. Pengurangan
3. Perkalian
4. Pembagian
5. Perpangkatan
6. KPK
7. FPB
8. Cek Prima


Listing Program:
#include
int isprima(int x);
float pangkat (float basis, int n);
float kpk(int x, int y);
float fpb(int x, int y);
main()
{
float X,Y,hasil;
int A,B,pilihan;
int Z;
char ulangi;
do{
printf("Pilihan operasi: ");
printf("\n1. X + Y\n2. X - Y\n3. X x Y\n4. X / Y");
printf("\n5. X Pangkat Y\n6. KPK X dan Y\n7. FPB X dan Y\n8. Cek prima X");
printf("\nPilihan anda: ");scanf("%d",&pilihan);
switch(pilihan)
{
case 1:
printf("\nX = ");scanf("%f",&X);
printf("Y = ");scanf("%f",&Y);
hasil = X + Y;
break;
case 2:
printf("\nX = ");scanf("%f",&X);
printf("Y = ");scanf("%f",&Y);
hasil = X - Y;
break;
case 3:
printf("\nX = ");scanf("%f",&X);
printf("Y = ");scanf("%f",&Y);
hasil = X * Y;
break;
case 4:
printf("\nX = ");scanf("%f",&X);
printf("Y = ");scanf("%f",&Y);
hasil = X / Y;
break;
case 5:
printf("\nX = ");scanf("%f",&X);
printf("Y = ");scanf("%d",&B);
hasil = pangkat(X,B);
break;
case 6:
printf("\nX = ");scanf("%d",&A);
printf("Y = ");scanf("%d",&B);
Z = kpk(A,B);
hasil = Z;
break;
case 7:
printf("\nX = ");scanf("%d",&A);
printf("Y = ");scanf("%d",&B);
Z = fpb(A,B);
hasil = Z;
break;
case 8:
printf("\nX = ");scanf("%d",&A);
Z = isprima(A);
if (Z==1)
printf("X adalah bilangan prima\n");
else
printf("X bukan bilangan prima\n");
break;
default:
printf("Pilihan anda salah!!");
}
if((pilihan<=7) && (pilihan>=1))
printf("Hasil = %f",hasil);

printf("\n");
printf("Ulangi operasi (Y/N)? ");
scanf("%s",&ulangi);
}while((ulangi=='Y')||(ulangi=='y'));
}

int isprima(int x)
{
int n,t=1,s;
if ( x < 2 )
{s = 0;}
else
{
for (n=2;t!=0;n++)
{
t = x%n;
}
n--;
if(n==x)
{s = 1;}
else
{s = 0;}
}
return (s);
}

float pangkat (float basis, int n)
{
int i;
float p;
p = 1;
for (i = 1; i <= n; ++i)
p = p* basis;
return p;
}


float kpk(int x, int y)
{
int w=1,n;
int z;
if (x < y)
{
for (n=1; w != 0; n++)
{ z = y * n;
w = z % x;
}
}
else
{
for (n=1; w != 0; n++)
{ z = x * n;
w = z % y;
}
}
return (z);
}


float fpb(int x,int y)
{
int sisabagi;
float hasil;
if(y<=x && x%y==0)
{
return(y);
}
else if(x
{
hasil=fpb(y,x);
return(hasil);
}
else
sisabagi=x%y;
hasil=fpb(y,sisabagi);
return(hasil);
}


Tampilan Program:






















Selamat mencoba
Semoga Bermanfaat

Bentuk Pangkat

Bentuk pangkat umumnya digunakan untuk menyatakan suatu bilangan yang sangat kecil atau sangat besar. adanya bentuk pangkat memudahkan kita dalam menuliskan suatu bilangan. Akan tetapi, kadang kita merasa kesulitan dalam menyelesaikan operasi yang berkaitan dengan bentuk pangkat bulat.

agar lebih mudah dalam menyederhanakan operasi bentuk pangkat pelajarilah ilustrasi berikut ini





baca materi selengkapnya

semoga bermanfaat



Trigonometri

A. Perbandingan Trigonometri Suatu Sudut pada Segitiga Siku-siku
Gambar di samping adalah segitiga siku-siku dengan titik sudut sikunya di C. Panjang sisi di hadapan sudut A adalah a, panjang sisi di hadapan sudut B adalah b, dan panjang sisi di hadapan sudut C adalah c.
Terhadap sudut a:
Sisi a disebut sisi siku-siku di depan sudut a
Sisi b disebut sisi siku-siku di dekat (berimpit) sudut a
Sisi c (sisi miring) disebut hipotenusa





Berdasarkan keterangan di atas, didefinisikan 6 (enam) perbandingan trigonometri terhadap sudut a sebagai berikut:

baca materi selengkapnya

Minggu, 13 November 2011

Berbagai Macam Media yang Digunakan dalam Penjumlahan


Berbagai Macam Media yang Digunakan dalam Penjumlahan

Bagi siswa sekolah dasar, penjumlahan terhadap suatu bilangan terkadang menjadi sesuatu yang sangat sulit. Hal ini dapat diatasi dengan menggunakan media dalam proses pembelajaran untuk membantu siswa dalam memahami penjumlahan. Media ini digunakan untuk membawa siswa mengenal secara nyata konsep penjumlahan. Media yang dapat digunakan antara lain:
1.      Himpunan dengan Benda Konkrit
Benda konkrit yang digunakan adalah jeruk, apel, lidi, sedotan dan juga benda yang terdapat pada alam sekitar.

2.      Tangga Garis Bilangan
Alat peraga ini dapat kita buat dari kertas manila, kertas karton atau kertas tebal lainnya yang cukup kuat. Kertasnya memanjang seperti pita dan di bagian atasnya digambar garis bilangan dengan tangga-tangganya.
Tangga-tangga ini adalah batas ruas garis pada garis bilangan itu. Buatlah gambar orang yang sedang berjalan dari kertas lain kemudian tempelkan pada kotak yang diinginkan seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1. Tangga garis bilangan





3.      Timbangan Bilangan / Neraca Bilangan
Timbangan bilangan atau neraca bilangan dapat digunakan dalam penjumlahan. Timbangan terdiri dari lengan, jarum penunjuk, pemberat atau anak timbangan, tiang dan kaki.
Gambar 2 : Neraca Bilangan




Keterangan :
1. Lengan
2. Jarum Penunjuk
3. Pemberat/anak timbangan
4. Tiang
5. Kaki







 
4.      Papan Planel
Papan ini terdiri dari sebuah papan datar atau tripleks yang agak tebal atau teakblok dan dibungkus oleh kain planel. Kemudian benda-benda yang akan ditempelkan dibuat dari bahan yang tipis dan datar dan dari kertas atau tripleks yang di bagian belakangnya ditempelkan amplas kasar menghadap keluar. Benda-benda yang memakai amplas ini diharuskan dapat menempel pada permukaan papan planel.
Gambar 3. Papan Planel



 
5.      Blok Model Dienes
Alat peraga ini dikembangkan oleh Zoltan P. Dienes yang bertujuan
memahami konsep dari bilangan dan nilai tempat. Blok model Dienes ini
dapat kita buat dari balok kayu.Untuk bilangan dasar 10 (sepuluh), blok
model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil). Puluhan (berupa
batang), ratusan (berupa balok) dan ribuan (berupa kubus besar).
Gambar :
Gambar 4. Blok model Dienes

Cara Penggunaan Media Penjumlahan
1.      Himpunan Benda Konkrit
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3 + 2” :
a.      Mulailah dengan menggunakan benda yang dikenal baik oleh siswa misalnya, lidi, sedotan dan lain-lain.
b.      Setiap anak harus mempunyai benda tersebut, anak disuruh mengambil 3 (tiga) lidi dan guru menunjukkan bahwa itu merupakan himpunan pertama dan menuliskan lambangnya di papan tulis
c.      Anak disuruh mengambil 2 (dua) lidi dan guru menunjukkan bahwa itumerupakan himpunan ke dua dan menuliskan lambangnya di papan tulis
d.      Guru menyuruh anak untuk menggabungkan kedua himpunan tadi lalu menghitung jumlahnya
e.             Guru menuliskan tanda dan jumlahnya (3 + 2 = 5)
































                                    



                          3         +       2        =       5
Gambar 5. Lidi “3 + 2 = 5”
f.       Lakukanlah beberapa kali agar anak paham tentang konsep penjumlahan dan gunakan berbagai macam benda agar anak tidak merasa bosan.
Aktivitas di atas dimaksudkan untuk mengajarkan atau menanamkan konsep penjumlahan sebagai gabungan dari dua himpunan. Penganekaan aktivitas ini sangat diperlukan untuk memantapkan penanaman konsep penjumlahan. Perlu ditekankan akan keberadaan benda konkrit dalam melaksanakan aktivitas ini. Kalau benda yang akan dijadikan sebagai alat belajarnya adalah mainan, maka guru mengupayakan mainan itu secaranyata di depan siswa.

2.      Tangga Garis Bilangan
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3+2“ :
a.      Guru menyuruh siswa A untuk menempelkan gambar orang pada tangga garis bilangan dimulai dari 0 (nol). Guru menanyakan kepada siswa “berapa kotak satuan angkanya?”
         Siswa: “3 (tiga) ”
b.      Guru menyuruh siswa B untuk melakukan kegiatan pertama (kegiatan A) berapa siswa B melangkah ? siswa : “2 (dua)” siapakah yang paling jauh?
Siswa : “ siswa (A) “
c.      Kemudian siswa C disuruh melangkah dari 0 (nol) sampai 3 (tiga) lalu melangkah lagi sampai ke 5 (lima). Apa yang terjadi ? (jawab : 3+2 = 5)





Gambar 6. Tangga garis bilangan “3 + 2 = 5”





Di sini dapat dilihat bahwa 3 + 2 = 5. Cobalah kepada beberapa anak, sehingga konsep penjumlahan akan tertanam dalam diri anak. Selain itu anak tidak merasa bosan karena di dalamnya anak ikut melakukan aktivitas.


3.      Timbangan Bilangan atau Neraca Bilangan
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :
a.      Perkenalkan timbangan bilangan pada anak beserta bagian-bagiannya
b.      Ambillah satu keping anak timbangan letakkan posisi 3 (tiga) pada sebelah kiri, kemudian ambil satu keping lagi pada posisi 2 (dua) sebelah kiri (dengan demikian timbangan tidak setimbang lagi), tangan-tangan sebelah kiri ke bawah
c.      Agar timbangan setimbang lagi maka kita harus menempatkan satu  keping anak timbangan pada posisi 5 (lima) di tangan sebelah kanan. Ini menunjukkan 3 + 2 = 5
Gambar:



Gambar 7. Neraca Bilangan yang menunjukkan “3 + 2 = 5”
d.      Apakah sama menyimpan satu keping timbangan pada posisi lima dengan lima keping pada posisi satu ? jawab : “sama” Suruhlah anak yang lain untuk mencobanya, sehingga anak akan menemukan sendiri konsep penjumlahan. Lakukanlah beberapa kali agarkonsep yang didapat dapat tertanam baik pada pikiran mereka dan tidak cepat hilang.

4.      Papan Planel
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :
a.      Kenalkan papan planel beserta cara penggunaannya
b.      Suruhlah anak untuk menempelkan 3 buah gambar bintang pada himpunan di sebelah kiri
c.      Suruhlah anak yang lain untuk menempelkan 2 gambar bintang pada himpunan sebelah kanan.











Gambar 8. Papan planel “3 + 2 = 5”
d.      Gabungkan dua himpunan tersebut? Berapa jumlahnya? 3+2 = 5
Bentuklah beberapa kelompok, dan buatlah suatu permainan dan berilah soal pada tiap kelompok, anggota pada kelompok harus bekerja sama sehingga semua ikut aktif dalam permainan itu. Guru hanya membimbing saja, dan berilah penghargaan pada kelompok yang menang.
Dengan begitu anak akan menjadi senang dan tidak merasa bosan sehingga
konsep penjumlahan dapat diterima baik oleh siswa.

5.      Balok Model Dienes
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas mengajar “3+2” :
a.      sediakan balok model Dienes yang berupa kayu dadu kecil (satuan)
b.      anak disuruh mengambil 3 (tiga) balok, kemudian disuruh untuk mengambil lagi 2 (dua) balok satuan
c.      anak disuruh menghitung balok yang sudah diambil, guru sambil menuliskan lambangnya dipapan tulis.
Gambar :

Mengenal satuan waktu dan konversinya


Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa satuan waktu itu ada macam-macam
mulai dari detik, menit, jam, hari, minggu, bulan, tahun, dan lain-lain.
Kali ini kita hanya akan membahas satuan detik, menit, dan jam.
Pasti kalian sudah tahu kan bahwa :
1 jam = 60 menit
1 menit = 60 detik
Sehingga

1 jam = 60 x 60 detik = 3600 detik
Kita dapat membuat tangga satuan sebagai berikut :
Jadi setiap turun satu anak tangga DIKALI 60 tetapi jika naik satu anak tangga DIBAGI 60.
Sebagai contoh :
23 jam = … menit ??
23 jam = 23 x 60 menit = 138 menit.
43 menit = … detik ??
43 menit = 43 x 60 detik = 258 detik.
7 jam = … detik ??
7 jam = 7 x 60 x 60 detik = 25200 detik. (Lihat dari jam ke detik turun DUA kali anak tangga, sehingga harus dikalikan dengan nilai 60 sebanyak 2 kali juga).

Lalu,
45 detik = … menit ??
45 detik = 45 : 60 menit = 0,75 menit.
15 menit = … jam ??
25 menit = 15 : 60 jam = 0.25 jam.

3000 detik = … jam ??

8000 detik = 8000 : 60 : 60 jam = 2,22 jam. (Lihat dari detik ke jam naik DUA kali anak tangga, sehingga harus dibagi dengan nilai 60 sebanyak 2 kali juga).

Bagaimana??? Mudah Bukan????
Semoga Bermanfaat

Sabtu, 12 November 2011

Alat Peraga Pythagoras

MemahamiPermasalahan Kelipatan Persekutuan Terkecil



Misalkan di tepi sungai terdapat dua ekor katak. Katak pertama melompat tiap 3 detik sekali, sedangkan katak yang ke- dua melompat tiap 4 detik sekali. Jika awalnya kedua katak tersebut melompat bersama-sama,
a.       pada detik ke berapa saja kedua lampu akan berkedip secara bersama-sama?
b.       pada detik ke berapa kedua lampu untuk pertama kalinya berkedip bersama?
Isilah tabel berikut dengan memberi tanda (check) pada tempat yang disediakan!
Katak
melompat pada detik ke
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
I




















II





















Dari tabel di atas,
a.       Katak pertama akan melompat pada detik ke berapa saja?
b.       Katak kedua akan melompat pada detik ke berapa saja?
c.       Katak pertama dan katak kedua akan melompat  bersama  pada detik ke berapa saja?
d.       Pada detik ke berapa katak pertama dan katak kedua  untuk pertama kalinya melompat bersama-sama?

Jawab:
a.     Katak pertama melompat  pada detik ke: 
        ...........................................................................................................................
b.    Katak kedua melompat  pada detik ke: 
………………………………………………………………………………….
c.     Katak pertama dan katak kedua melompat  bersama pada detik ke: 
        .............................................................................................................................
d.    Katak pertama dan katak kedua melompat  bersama untuk pertama kalinya pada detik ke: 
       .....................................................................................................................
Keterangan Jawaban:
a.      disebut kelipatan dari 2
b.       disebut kelipatan dari 3
c.       disebut kelipatan persekutuan dari 2 dan 3
d.      disebut kelipatan persekutuan terkecil dari 2 dan 3, ditulis KPK (2,3)
Dengan demikian maka,
a.       Kelipatan dari 2 adalah ................................................................
b.       Kelipatan dari 3 adalah ................................................................
c.       Kelipatan persekutuan dari 2 dan 3 adalah ................................................
d.       Kelipatan persekutuan terkecil dari 2 dan 3, ditulis KPK (2,3) = ...........

Menentukan Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK)
Dengan Cara Kelipatan Bilangan
Contoh:
1.        KPK (6, 8) = ..... ?
Kelipatan dari 6 adalah 6, 12, 18, 24, 30, 36, 42, 48, .... 
Kelipatan dari 8 adalah  8, 16, 24, 32, 40, 48, 56, 64, ....
Kelipatan persekutuan dari 6 dan 8 adalah 24, 48, ....
Kelipatan persekutuan terkecil dari 6 dan 8 adalah 24
Jadi KPK (6, 8) adalah 24.
2.        KPK (9, 12) = ..... ?
Kelipatan dari 9 adalah  9, 18, 27, 36, 45, 54, 63, 72, ....
Kelipatan dari 12 adalah 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, ....
Kelipatan persekutuan dari 9 dan 12 adalah 36, 72, ....
Kelipatan persekutuan terkecil dari 9 dan 12 adalah 36
Jadi KPK (6, 8) adalah 36. 
3.        KPK (12, 18) = ..... ?
Kelipatan dari 12 adalah 12, 24, 36, 48, 60, 72, 84, 96, ....
Kelipatan dari 18 adalah 18, 36, 54, 72, 90, 108, 116, .... 
Kelipatan persekutuan dari 12 dan 18 adalah 36, 72, ....  
Kelipatan persekutuan terkecil dari 12 dan 18 adalah 36
Jadi KPK (12, 18) = 36.

Rounded Rectangle: KPK = Kelipatan Persekutuan Terkecil
 = …………………………………………………
Kesimpulan:




Dengan Cara Faktorisasi Prima
Contoh:
1.      KPK (6, 8) = ..... ?
Faktor prima dari 6
Faktor prima dari 8
2
3
2
4


2
2


2
1
Faktor  prima dari 12:
Faktor prima dari 8:
Kelipatan persekutuan terbesar dari 12 dan 18  = KPK (6, 8) =  
Jadi KPK (6,8) adalah 24

2.      KPK (9, 12) = ..... ?
Faktor prima dari 9
Faktor prima dari 12
3
3
2
6
3
1
2
3


3
1
Faktor  prima dari 9:
Faktor prima dari 12:
Kelipatan Persekutuan Terbesar dari 12 dan 18  = KPK (6, 8) =  
Jadi KPK (9,12) adalah 36
3.      KPK (12, 18) = ..... ?
Faktor prima dari 12
Faktor prima dari 18
2
6
2
9
2
3
3
3
3
1
3
1
Faktor  prima dari 12:
Faktor prima dari 18:
Kelipatan Persekutuan Terbesar dari 12 dan 18  = KPK (9, 12) =  
Jadi KPK (12, 18) = 36.

Kesimpulan:
Rounded Rectangle: KPK = Hasil kali faktor prima berpangkat ..................